Mens Sana In Corpore Sano

Moral ,Pemimpin melahirkan banyak pemimpin, bukan mau terus memimpin.

Moral,Pemimpin melahirkan banyak pemimpin, bukan mau terus memimpin.
"Sang anak harus di rawat untuk lebih kuat dan bermartabat, jangan di paksa berbuat kalau belum kuat karena bisa terjebak pada nafsu yg ke susu dan bisa mati lesu",Iyyas Subiakto 

MENGUJI JIWA BESAR MEGAWATI.

Masih 3 tahun kita akan punya gawe milih presiden lagi. Harapan kita memohon Jokowi untuk jadi 3 kali sudah di jawab berkali-kali oleh beliau bahwa beliau akan patuh pada konstitusi, artinya beliau tidak mau jabatannya diperpanjang karena sudah digariskan UU.

Sementara dari gestur orang partai, baik partai pengusung maupun oposisi menguatkan bahwa tidak akan ada amandemen UU pemilu. Hal yg sama di tegaskan Megawati sebagai partai pemenang pemilu dan penguasa parlemen.

Dari sikap Jokowi jelas menunjukkan ketertundukannya kepada UU dan mungkin saja kepada PDIP dalam hal ini Megawati. Karena sang juragan memang menganggap Jokowi adalah petugas partai. Walau rakyat yg memilih.

Jokowi adalah tipe orang yg tau diri dan menghargai Budi baik. Perjalannya berpolitik ikut bersama PDIP tak mungkin di khianatinya, kini Gibran sang anak juga bermukim di partai yg sama, bahkan Boby sang mantu juga didukung PDIP di Medan, dan keduanya meraih kemenangan.

Andai saja Jokowi mau "nakal" untuk mengambil kekuasaan, buat partai saja sekarang semua partai lain pasti terjengkang, termasuk PDIP. Karena apa, ya karena figur Jokowi adalah sosok yg sulit tergantikan di hati rakyat min saat ini, dia adalah pemimpin sebenar-benarnya pemimpin, bukan cuma kepingin.

Tapi sekali lagi Jokowi adalah orang santun, cerdas dan bersahaja, dia bukan anak Singa yg menerkam induk semangnya. 

Jokowi tak perlu di uji dalam hal kejujuran, amanah, dan kebaikan lainnya. Karena didalam benaknya yg tercermin dari prilakunya, dialah sebenar-benarnya pemimpin berhati apik milik wong cilik, bukan mengaku wong cilik tapi licik kayak si makcik.

Sekarang kita melihat Megawati sang penentu. Apakah beliau negarawan sejati atau cuma janji. Anak proklamator yg seharusnya berjiwa seperti ayahnya ini hanya diberi amanah meneruskan sisa jabatan GUSDUR, sementara usahanya nyapres gagal dua kali. Bersama almarhum Hasyim Muzadi 2004 dan bersama Prabowo 2009. 

Menilik hasil diatas begitu jelas bahwa rakyat bukan melihat siapa dirimu, tapi lebih kepada sudah berbuat apa. 

Berpasangan dgn Hasyim Muzadi yg waktu itu mantan atau masih sebagai ketua PBNU bukan orang sembarangan, Nahdiyin sebagai anggota NU berjumlah +/- 60-80 juta orang. Tapi pasangan ini kalah. 

Begitu juga saat bersama Prabowo, dua kali  dikalahkan SBY memang bukan hal yg mudah untuk dilupakan, apakah hal itu yg membuat hubungannya dgn SBY menjadi tak ramah, entahlah. Berpolitik harusnya bijaksana.

Kalau saja mengukur prestasi, Jokowi sang petugas partai yg justru brilian, elektabilitasnya tidak diragukan sejak menjabat Walikota Solo, dimana dalam pemilihan periode kedua Jokowi mendapat suara 90,09%, sebuah angka kemenangan pilkada yg sulit dipecahkan, dan skrg Gibran dalam gebrakan pertama mencapai 87%, akankah dia memecahkan rekor ayahnya bila kelak maju di periode kedua. Sepertinya iya, insyaallah.

Jokowi politikus yg mengaku kecebur ke politik ini adalah pemegang rekor 5 kali menang pemilu tanpa jeda. 

Hal ini akan sulit dikalahkan, apalagi kelas politikus karbitan. 

Jokowi seperti apa katanya, bahwa dirinya bukan siapa-siapa, dia adalah rakyat jelata, menempa hidup di bantaran kali Surakarta, bukan di rumah megah atau istana, asupannya sederhana, mungkin hanya setahun sekali ususnya dilalui makanan bergizi saat lebaran tiba, sisanya mungkin hanya tempe, tapi halal, tentunya.

Hadirnya Jokowi membuat garis batas yg jelas antara pemilih yg hanya ikut-ikutan dan buta kebenaran. Jokowi memenangi 55,5% pilpres kedua dgn 86 juta suara. Sebuah anugrah buat Indonesia untuk bisa melanjutkan pembangunan yg lama ditelantarkan. Dan ini kenyataan. 

Kembali kepada Megawati, melihat hasil kerja Jokowi apakah sebagai induk semang dia tak bangga, bahwa anak didiknya jauh melampaui prestasinya, begitu juga calon penerus Jokowi Ganjar Pranowo yg belum apa-apa di "pacul" dan di pepet Puan dgn cara kurang elegan. 

Malah sekarang jadi norak dgn lomba-lombaan pasang Billboard bersama AHY, AIRLANGGA, CAK IMIN dgn inisial baru AMI. Ditengah wabah yg memilukan. Kok jadi kelihatan hilang rasa empatinya atas kemanusiaan. Apa ini tak lebih sesak dari waktu makan 20 menitan.

Menggugat akhlak seorang negarawan Megawati yg tentunya memegang kartu As kekuatan di parlemen, tidak susah mestinya andai Mega berniat menyelamatkan Indonesia dgn meminta Jokowi memperpanjang pengabdiannya. 

Karena secara kasat mata melihat kondisi saat ini ditengah pandemi, banyak pekerjaan yg tertunda, mengurus COVID menguras tenaga dan biaya. 3 tahun lagi ada agenda pemilu dan pilkada serentak, ini pasti membebani kas negara, padahal ribuan triliun dana sudah habis ditelan pandemi. Belum lagi kalau pilpres harus diulang dua kali, tapi kalau Jokowi maju lagi insyaallah sekali saja selesai. 

Ini semua ditangan Megawati, kita liat apa yg akan dilakukan. Bijak bertindak atau salah berpihak.
NEWS.Topsekali.com


About top

0 Post a Comment:

Posting Komentar